BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu
kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehailan, persalinan, bayi baru
lahir, dan kala nifas serta kembalinya alat reprosuksi ke keadaan normal.
Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala
nifas serta pemberian ASI dengan selama dengan kerusakan akibat persalinan
sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan
pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tingg rendahnya
angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka
kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu nrgara untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Indnesia di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan
angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan segera
untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memmerlukan perbaikan yang
bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di indonesia
setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1. Angka
kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27
menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis
17,5%, dan anestesia 2,0%.
2. Angka
kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi 18-20
menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi
24-34%, prematuritas/BBLR 15-20%. Trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan
1-3%.
Memperhatikan angka
kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1. Sebagian
besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolonganpertama sangat
dibutuhkan.
2. Pengawasan
antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan resiko
tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih
banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pebdek, terlalu muda, dan terlalu tua,
terlalu banyak anak.
4. Gearkan
keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya
manusia melaluima keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
5. Jumlah anemia pada ibu hamil cukup tinggi
6. Pendidikan
masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara
tradisional., belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
7. Berdasarkan
tingginya angka kematian ibu dan bayi yang dialami sebagian besar negara
berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha untuk mencapai peningkatan
pelayanan kebidanan yang meyeluruh dan bermutu tinggi yaitu dilaksanakannya
praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman
dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan
pelayanan yang lebih bermutu dan meyeluruh dengan tujuan menurunkan angka
kematian ibu dan bayi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan Evidence Based Midwifery ?
2.
Bagaimanakah evidence
based baby friendly ?
3.
Bagaimanakah evidence
based memulai pemberian asi sejak dini dan ekslusif ?
4.
Bagaimanakah evidence
based regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit
ke kulit ?
5.
Bagaimanakah evidence
based pemotongan tali pusat ?
6.
Bagaimanakah evidence
based perawatan tali pusat ?
7.
Bagaimanakah evidence
based stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita ?
C.
Tujuan
1. Agar
mahasiswa mengetahui apa itu evidence based midwifery.
2.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based baby friendly.
3.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based memulai
pemberian asi sejak dini dan ekslusif
4.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based regulasi
suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit
5.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based pemotongan
tali pusat
6.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based perawatan
tali pusat
7.
Agar mahasiswa
mengetahui bagaimana evidence based stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Evidence
Based Midwifery
Evidence
based midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan
kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tuguh bidan berorientasi
akademis. Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan
evidence based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti
perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi:
1. Baby
Friendly
2.
Memulai
Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
3.
Regulasi
Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit
4.
Pemotongan
Tali Pusat
5. Perawatan Tali Pusat
6. Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
B.
Baby
Friendly
Baby friendly atau baby friendly intiviate
(inisasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh
WHO/UNICEF pada ahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi, dan mendukung inisiasi
dan kelanjutan menyusui. Untuk membantu dalam pelaksanaan inisiatif, alat dan
bahan berbeda yang dikembangkan, diuji lapangan dan disediakan. Alat tambahan
tersebut dikembangkan setelah itu, seperti pemantauan dan
penilaian ulang alat. Sejak meluncurkan The Hospital Initiative Bayi ramah
(BFHI) telah berkembang, dengan lebih dari 152 negara di seluruh dunia
menerapkan inisiatif yang memiliki dampak yang terukur dan terbukti,
meningkatkan kemungkinan bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan pertama.
Pelaksanaan Baby Friendly
dapat dilakukan sebagai berikut:
1.
Memulai memberian ASI secara dini
dan eksklusif Yaitu pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal
setengah jam pertama setelah persalinan.
2.
Melakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan
tali pusat dilakukan dengan adanya penundaan selama 3 menit.
3.
Melakukan perawatan tali pusat. Perawatan
tali pusat dilakukan dengan cara :
a.
Membiarkan tali pusat kering sendiri
b. Metode kasa
kering
c. Metode kasa
alkohol 70%
d. Metode
antiseptik dan kasa kering (Asrinah, dkk. 2010)
4.
Melakukan bounding attachment
Merupakan suatu ikatan yang terjadi
antra orang tua dan bayi baru lahir yang meliputi pemberian kasih sayang,
pencurahan perhatian yang saling tarik menarik. Keberhasilan dalam hubungan
ikatan batin antara seorang bayi dan ibunya dapat mempengaruhi hubungan
sepanjang masa dengan memberikan respon sensual antara ibu dan bayi pada kontak
awal kelahiran yaitu:
a.
Sentuhan
b.
Kontak mata
c.
Bau badan
d.
Suara
e.
Irama
kehidupan (Asrinah, dkk .2010)
5.
Menjaga kehangatan bayi.
Cara mencegah terjadinya kehilangan
panas pada bayi adalah:
1)
Mengeringkan
tubuh bayi secara seksama
2)
Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3)
Selimuti
atau tutup kepala bayi
4)
Jangan
menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5)
Jangan
memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
6) Anjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusui bayi(Asrinah, dkk .2010).
Program ini mendorong rumah sakit
dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan
bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital atau Maternity berfokus pada
kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal
kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong
dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan
akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program,
lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby
friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark,
Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris,
dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi.
Dalam rangka mencapai program Baby
Friendly Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin akan:
1. Memiliki
kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan kepada
semua staf tenaga kesehatan.
2.
Melatih semua staf tenaga kesehatan
dalam keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini.
3.
Memberi tahu semua ibu hamil tentang
manfaat dan penatalaksanaan menyusui
4.
Membantu ibu untuk memulai menyusui
dalam waktu setengah jam kelahiran.
5.
Tampilkan pada ibu bagaimana cara
menyusui dan cara mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan dari
bayi mereka.
6.
Berikan ASI pada bayi baru lahir,
kecuali jika ada indikasi medis.
7.
Praktek rooming-in agar memungkinkan
ibu dan bayi tetap bersama-sama
8.
Mendorong menyusui on demand
9.
Tidak memberikan dot kepada bayi
menyusui
10. Mendorong
pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu menghubungi mereka
setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.
C.
Memulai
Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
Inisiasi menyusu dini (Early
initiation) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah
bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu
jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan
disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast
Crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli Utami, 2008).
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009),
Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu
sesaat setelah bayi lahir. Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir,
maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal
yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini
didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin, hormon
prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam
persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Setengah jam pertama setelah
persalinan, segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar.
Isapan bayi ini akan memberi rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon
oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras asi yang ada pada
alveoli, lobus, serta duktus yang berisi asi yang di keluarkan melalui putting
susu, keadaan ini akan memaksa hormone
prolaktin untuk terus memproduksi ASI.
Manfaat
inisiasi menyusu dini:
1. Mencegah
hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara.
2. Bayi dan ibu
menjadi lebih tenang, tidak stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil,
dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.
3. Imunisasi
Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai mengisap puting
adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk
membangun sistem kekebalan tubuhnya.
4. Mempererat
hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthacment) karena 1 – 2 jam pertama,
bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang
lama.
5.
Bayi yang diberi kesempatan menyusu
dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.
6. Sentuhan
tangan bayi diputing susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting
ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
7. Bayi yang
diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum
daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum ASI istimewa yang kaya akan
daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk
pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi,. Kolostrum akan membuat
lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dinding usus ini.
8.
Ibu dan ayah akan sangat bahagia
bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan,
ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman
batin bagi ketiganya yang amat indah. (Roesli Utami, 2008)
9.
Perkembangan psikomotorik lebih
cepat.
10. Menunjang
perkembangan koknitif
11. Mencegah
perdarahan pada ibu
12. Mengurangi
risiko terkena kanker payudara dan ovarium. (Dewi Cendika & Indarwati, 2010.
Tahapan
inisiasi menyusu dini adalah :
1.
Tahap pertama disebut istirahat
siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya
terdiam. Tapi jangan menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit
sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
2.
Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan
suara kecapan dan gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40
ini bayi memasukkan tangannya ke mulut.
3.
Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air
liur. Namun air liur yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau
ini yang dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di tangannya yang
baunya sama dengan bau puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya.
4.
Tahap keempat, bayi sudah mulai
menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya
bermanuver mencari puting susu. Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan
manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian rahim membantu proses persalinan
selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan ari-ari.
5.
Pada tahap kelima, bayi akan
menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri
baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan itu.
6. Tahap
terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan menyusu untuk
pertama kalinya. "Proses sampai bisa menyusu bervariasi. Ada yang sampai 1
jam. (Roesli Utami, 2008)
Penghambat
pelaksanaan IMD:
1.
Bayi kedinginan-tidak benar
Berdasarkan hasil pnelitian Dr.Niels
Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1° C
lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1° C. Jika bayi
kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2° C untuk menghangatkan bayi. Jadi,
dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir
dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
2.
Setelah melahirkan, ibu terlalu
lelah untuk segera menyusui bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk
memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke
kulit seta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3.
Tenaga kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong
persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara
ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk manjaga bayi sambil memberi
dukungan pada ibu.
4.
Kamar bersalin atau kamar operasi
sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat
dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi
untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5.
Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara
terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6.
Suntikan vitamin K dan tetes mata
untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut
American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding
Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu
jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
7.
Bayi harus segera dibersihkan,
dimandikan, ditimbang, dan diukur
Menunda memandikan pada bayi berarti
menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix
meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat
dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda
sampai menyusu awal selesai.
8.
Bayi kurang siaga
Justru pada 1-2 jam pertama
kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu
yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan
lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk Bonding.
9.
Kolostrum tidak keluar atau jumlah
kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)
Kolostrum cukup dijadikan makanan
pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang
dapat dipakai pada saat itu.
10. Kolostrum
tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrum sangat diperlukan untuk
tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning
pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang
masih muda. (Roesli Utami, 2008).
Dengan memberi pengganti ASI setelah
bayi lahir berarti akan menekan pengeluaran ASI, dengan tidak adanya rangsangan
pada putting susu berarti membiarakan kadar hormon oksitosin turun secara
perlahan dalam peredaran darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas yang
mengakibatkan hormon prolaktin akan turun dan hilang dari peredaran darah.
Keadaan ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit, dan berhenti sebelum bayi
umur 6 bulan, hal ini sangat merugikan bayi. Dengan keluarnya ASI prolaktin
terangsang untuk segera memproduksi ASI, semakin bayi sering menyusu semakin
banyak ASI yang di keluarkan, dan akan makin banyak ASI yang keluar. Semakin
tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah merangsang prolaktin untuk terus
memproduksi ASI.
Dengan
memberikan ASI pada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan
berarti sudah memberikan 5 keuntungan:
1.
Bayi mendapatkan terapi psikologis
berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat
kelelahan selama proses persalinan karena bayi harus melewati pintu atas
panggul, panggul dalam, dasar panggul, dan panggul luar yang membuat stress. Dengan
menemukan putting susu ibu bayi mendapatkan ketenangan kembali, pelican ibu
membuat bayi mendapatkan rasa aman atau nyaman seperti di dalam rahim ibu. Hal
ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan
psikologos bayi karena ia mendapatkan modal pertama pembentukan kepercayaan
diri terhadap lingkungan.
2.
Tertanamnya kepercayaan akan
lingkungan berarti ibu sudah membangun dasar kepercayaan (psikologis) yang akan
terus berkembang pada masa dewasa yaitu kepercayaan dan ketenengan dalam
menghadapi tiap permasalahan (gelisah/sakit dirasakan akan ada akhirnya ) dan
akan diperoleh kenyamanan kembali.
3.
Kadar hormon prolaktin tidak sempat
turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan
lebih cepat keluar, bayi tidak gelisah ataupun rewel. Dengan demikian, untuk
hari selanjutnya ASI dapat dipertahankan.
4.
Dengan isapan bayi yang benar,
oksitosin akan keluar lebih banyak, hal ini menguntungkan karena otot polos
rahim akan terus berkontraksi, artinya rahim akan berkontraksi lebih kuat
5.
Oleh karena kontraksi yang baik dari
hasil kerja hormon oksitosin, proses involusio akan lebih cepat terjadi, dengan
cepatnya proses involusio, lika bekas persalinan cepat menutup. Alat reproduksi
antara lain uterus, vagina akan segera kembali normal dan kemungkinan
terjadinya infeksi pascapostpartum.
D.
Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan
Kontak Kulit Ke Kulit
Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir
Bayi baru
lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan. Pada saat bayi baru lahir dan masuk kedalam suhu
ruangan menyebabkan tubuh bayi cepat mendingin pada saat air ketuban menguap
dari tubuhnya. Luas tubuh bayi berbanding lurus dengan lingkungan yang dingin
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi
yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya (Rochmah, dkk, 2012).
Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapatt
di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh hingga 100%. Lemak
coklat ini tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi dan cadangan lemak coklat ini
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin (Asrinah, dkk .
2010).
Setelah bayi
dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin, bayi
harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga
bayi tetap hangat adalah:
1.
Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga
bayi tetap hangat adalah sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat
2.
Bayi memakai pakaian yang lembut,
hangat, kering dan bersih, bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan
dan kaos kaki
3.
Yakinkan bayi menggunakan baju dan
diselimuti
4.
Bayi harus dirawat gabung dengan
ibunya sehingga ibu mudah menjangkau bayinya
5.
Apabila bayi harus dipisah dengan
ibunya, yakinkan bayi menggunakan pakaian yang hangat dan diselimuti
6.
Raba telapak kaki bayi, bila teraba
dingin bisa dilakukan kontak kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan
penilaian ulang
7.
Jaga ruangan tetap hangat (Kemenkes
RI, 2010)
Menurut Asrinah, dkk (2010) setiap
bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu yang belum matang. Ketika
lahir, bayi berada dalam suhu lebih rendah daripada di dalam kandungan dan
keadaan basah. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi adalah:
1.
Mengeringkan
tubuh bayi secara seksama
2.
Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3.
Selimuti
atau tutup kepala bayi
4.
Jangan
menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5.
Jangan
memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
6.
Anjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusui bayi
Jika bayi kedinginan dia akan mulai
mengalami hipotermi. Hipoglikemia disebabkan
oleh:
1)
Pusat pengaturan suhu tbuh bayi
belum berfungsi sempurna
2)
Permukaan tubuh bayi relative lebih
luas
3)
Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas
4)
Bayi belum mampu mangatur posisi
tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan (Asrinah, dkk .2010).
Gejala hipotermi :
1)
Bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, merintih
2)
Pernapasan megap-megap, lambat,
denyut jantung menurun
3)
Timbul sklerema: kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai dan lengan
4)
Muka bayi berwarna merah terang
5)
Hipotermi menyebabkan perubahan
metabolism tubuh yang berakibat kegagalan fungsi jantung, perdarahan pada
paru-paru, ikterus dan kematian(Asrinah, dkk .2010).
Mekanisme terjadinya hipotermi karena penurunan suhu
tubuh yang terjadi melalui:
1.
Radiasi: panas tubuh bayi memancar
ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, missal: bayi diletakkan di tempat
yang dingin
2.
Evaporasi: cairan atau air ketuban
yang membashi kulit bayi menguap, missal: bayi tidak langsung dikeringkan dari
air ketuban
3.
Konduksi: pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi kontak langsung dengan permukaan yang lebih dingin, missal:
popok yang basah tidak langsung diganti
4.
Konveksi: hilangnya panas tubuh bayi
karena aliran udara di sekeliling bayi, missal: bayi diletakkan di dekat pintu
atau jendela terbuka (Asrinah, dkk .2010).
Kontak Kulit
Ke Kulit
Setelah tali
pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan
usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting
payudara ibu. Kemudian selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama
dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang
relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus
berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut
sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya bu menggunakan pakaian longgar berkancing
depan (Sarwono, 2010).
E.
Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993) menunjukkan bahwa pada
bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit
atau lebih, maka bayi akan:
1.
Menunjukkan penurunan kebutuhan
untuk tranfusi darah
2.
Terbukti sedikit mengalami gangguan
pernapasan
3.
Hasil tes menunjukkan tingginya
level oksigen
4.
Menunjukkan indikasi bahwa bayi
tersebut lebih viabel dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya
segera setelah lahir
5.
Mengurangi resiko perdarahan pada
kala III persalinan
6.
Menunjukkan jumlah hematokrit dan
hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Pada
manajemen aktif kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah
persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang
lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah
tali pusat berhenti berdenyut. Menurut Pritchart, Macdonald dan Gant (1991)
dengan meletakkan bayi baru lahir lebih rendah atau sejajar vulva selama 3
menit sebelum tali pusat dijepit dan dipotong dapat mengalirkan darah 80 ml ke
sirkulasi darah bayi baru lahir. Dengan melakukan penundaan pemotongan tali
pusat pada bayi lahir prematur atau berat lahir rendah dan bila sebelumnya
terjadi gawat janin dapat mencegah kadar Hb yang rendah pada masa neonatal
dini.Berkurangnya aliran darah mengakibatkan kadar hematokrit dan haemoglbin
lebih rendah pada bayi baru lahir dan dapat manimbulkan anemia zat besi pada
pertumbuhan bayi (Sodikin, 2009).
Dalam jurnal
ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007) dikatakan bahwa seluruh
proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat
bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan prosesnya
sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat proses sedang
berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem sirkulasi bayi sangat
menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius.
Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman,
pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena 50% dari vena yang kembali
ke jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak sekali akibat yang tidak
menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam
penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury, cerebral palsy,
asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak.
Oleh harena
itu penundaan pemotongan tali pusat merupakan suatu tindakan yang sangat
penting, karena untuk mengubah sirkulasi oksigen dari plasenta ke sirkulasi
paru-paru membutuhkan waktu. Karena di masa transisi ini sangat penting
dilakukan penundaan pemotongan tali pusat karena akan menguntungkan bagi bayi
dan menguraingi resiko trauma (Sodikin, 2009).
Mencermati
dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan tali
pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi
maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali
pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa
besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat
terjadi.(Sodikin, 2009).
F. Perawatan
Tali Pusat
Perawatan
tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat yang sesungguhnya
merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah tali pusat dan daerah
sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan
air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat. Pada bayi normal
dipotong sampai denyut nadi tak teraba pada tali pusat, sedangkan pada bayi
resiko tinggi dipotong secepat mungkin, agar dapat dilakukan resusitasi.Saat
bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta
ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut
bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga
pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak
menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar. (Sodikin,
2009)
1. Cara
Perawatan Tali Pusat
Pengenalan
dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah
sipsis oleh karena itu ada beberapa cara mengenai perawatan tali pusat yaitu:
a. Membiarkan
tali pusat kering sendiri Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan
hanya membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting
adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena dapat
mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009).
b. Metode kasa
kering
Salah satu
yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan
pembalut kassa bersih yang sering diganti (Sodikin, 2009).
c. Metode kasa alkohol 70%
Tali pusat
dirawat dan dijaga kebersihanya dengan menggenakan alkohol 70% , paling sedikit
dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau
lengket (Sodikin, 2009)
d. Metode
antiseptik dan kasa kering
Luka tali
pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta
dibalut kasa steril,pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali basah
atau kotor (Saifuddin, 2009)
2.
Prinsip Perawatan Tali Pusat
a) Jangan
membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat.
b) Mengusapkan
alkohol ataupun betadin masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
G. Stimulasi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
Stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan
sejak bayi baru lahir yang dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem
indera (pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan pengecapan). Selain
itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari,
mengajak berkomunikasi serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran
bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus,
bervariasi dengan suasana bermain dan kasih sayang akan memicu kecerdasan anak.
Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah saat bayi bangun tidur/ tidak
mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat.
Tujuan
tindakan memberikan stimulasi pada bayi dan balita adalah untuk membantu anak
mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan optimal atau sesuai yang
diharapkan. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa
stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak,
berbahagia bersama. Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan dan mencakup
empat bidang kemampuan berkembang. Stimulasi dimulai dari tahap yang sudah
dicapai oleh anak, stimulasi dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman
atau arah bila anak tidak dapat melakukannya dan member pujian bila anak
berhasil (Suherman. 2010). Berikut
adalah tahapan perkembangan dan stimulasi bagi kesehatan anak:
a.
Stimulasi yang dibutuhkan pada
bayi 0-3 bulan
1)
Bergaul dan mandiri. Ajaklah bayi
anda berbicara dengan lembut dibuai, dipeluk, dinyanyikan lagu dan lain-lain.
2)
Bicara, Bahasa dan Kecerdasan. Ajaklah
bayi anda berbicara, mendengarkan bebagai suara (suara burung, radio, dan
lain-lain)
3)
Gerak Kasar. Lihat bayi anda
mengangkat kepala pada posisi telungkup dan memperhatikan benda bergerak.
4)
Gerak halus. Latih bayi anda
menggenggam benda kecil.
b.
Stimulasi yang dibutuhkan pada
bayi 3-6 bulan
1)
Bergaul dan mandiri. Latih bayi anda
mencari sumber suara
2)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
bayi anda menirukan suara atau bunyi atau kata.
3)
Gerak kasar. Latih bayi anda
menyangga leher dengan kuat.
4)
Gerak halus. Latih bayi anda meraup
benda kecil
c.
Stimulasi yang dibutuhkan pada
bayi 6-9 bulan
1)
Gerak kasar. Latih anak berjalan
dengan berpegangan tangan.
2)
Gerak halus. Latih anak memasukkan
dan mengeluarkan benda dari wadah
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
anak menirukan kata-kata
4)
Bergaul dan mandiri. Ajak anak
bermain dan mandiri
d.
Stimulasi yang dibutuhkan pada
bayi usia 9-12 bulan
1)
Gerak kasar. Latih anak berjalan
sendiri
2)
Gerak halus. Ajak anak
menggelindingkan bola. Gelindingkan bola kearah anak dan minta agar ia
menggelindingkannya kembali
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
anak menirukan kata-kata. Kenalkan dengan kata-kata baru sambil menunjukkan
gambarnya
4)
Bergaul dan mandiri. Ajak anak
mengikuti kegiatan keluarga, misalnya makan bersama
e.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 12-18 bulan
1)
Gerak kasar. Latih anak naik turun
tangga
2)
Gerak halus.
Bermain dengan anak melompat dan menangkap bola besar kemudian bola kecil
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
anak menunjuk dan menyebutkan nama-nama bagian tubuh
4)
Bergaul dan bicara. Beri kesempatan
pada anak untuk melepas pakaian sendiri
f.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 18-24 bulan
1)
Gerak kasar. Latih anak berdiri dengan
satu kaki
2)
Gerak halus. Ajari anak menggambar
bulatan, garis segitiga dan gambar wajah
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
anak mengikuti perintah sederhana
4)
Bergaul dan mandiri. Latih anak agar
mau ditinggalkan untuk sementara waktu
g.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 2-3 tahun
1)
Gerak kasar. Latih anak melompat
dengan satu kaki
2)
Gerak halus. Ajak anak bemain
menyusun dan menumpuk balok
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih
anak mengenal bentuk dan warna
4)
Bergaul dan mandiri. Latih anak
mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri
h.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 3-4 tahun
1)
Gerak kasar. Latih anak melompat
dengan satu kaki
2)
Gerak halus. Latih anak menggunting
dan membuat buku cerita dengan gambar
3)
Bicara, bahasa dan kecrdasan. Latih anak
mengenal bentuk dan warna
4)
Bergaul dan mandiri. Latih anak
mengenal sopan santun, berterimakasih, mecium tangan dan lain-lain
i.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 4-5 tahun
1)
Gerak kasar. Beri kesempatan anak
melakukan permainan yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan
2)
Gerak halus. Bantu anak belajar
menggambar
3)
Bicara, bahasa dan kecerdasan. Bantu
anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue atau kertas
4)
Bergaul dan mandiri. Latih anak
untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga
j.
Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi
usia 5-6 tahun
1)
Gerak kasar. Latih anak naik sepeda
2)
Gerak halus. Latih anak kreatif
membuat sesuatu dari lilin atau tanah liat
3)
Bicara,
bahasa dan kecerdasan. Latih anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan
4)
Bergaul dan mandiri. Latih anak
untuk bercakap-cakap, bergaul dengan teman sebaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Evidence based
midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tuguh bidan berorientasi
akademis. Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan
evidence based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti
perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi:
1. Baby
Friendly
2.
Memulai
Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
3.
Regulasi
Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit
4.
Pemotongan
Tali Pusat
5. Perawatan Tali Pusat
6. Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
B.
Saran
Adapun
saran kami sebagai penyusun, yaitu sebagai seorang yang menggeluti profesi
kebidanan kita bisa lebih membuka wawasan, rajin mengupdate ilmu-ilme terbaru agar
tak ketinggalan mengingat semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan saat
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Cendika dkk. 2010. Panduan Pintar Hamil & Melahirkan, Jakarta :
Wahyu Media
Kemenkes RI, 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta. EGC.
Medika. Roesli Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif.
Pustaka Bunda. Jakarta
Nanny Lia Dewi, Vivian,DKK. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Jakarta; Salemba
Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sarwono, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Sodikin. 2009.Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC