Rabu, 16 Maret 2016

“EVIDENCE BASED ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR, NEONATUS, DAN BALITA”




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehailan, persalinan, bayi baru lahir, dan kala nifas serta kembalinya alat reprosuksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selama dengan kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tingg rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu nrgara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indnesia di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segera  untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memmerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Dengan perkiraan persalinan di indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa:
1.      Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%, infeksi 22,5%, gestosis 17,5%, dan anestesia 2,0%.
2.      Angka kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi 18-20 menit sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%, prematuritas/BBLR 15-20%. Trauma persalinan 2-7%, dan cacat bawaan 1-3%.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1.      Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolonganpertama sangat dibutuhkan.
2.      Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan resiko tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3.      Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pebdek, terlalu muda, dan terlalu tua, terlalu banyak anak.
4.      Gearkan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya manusia melaluima keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
5.      Jumlah  anemia pada ibu hamil cukup tinggi
6.      Pendidikan masyarakat yang rendah cenderung memilih pemeliharaan kesehatan secara tradisional., belum siap menerima pelaksanaan kesehatan modern.
7.      Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan bayi yang dialami sebagian besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha untuk mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang meyeluruh dan bermutu tinggi yaitu dilaksanakannya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan meyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Evidence Based Midwifery ?
2.      Bagaimanakah evidence based baby friendly ?
3.       Bagaimanakah evidence based memulai pemberian asi sejak dini dan ekslusif ?
4.      Bagaimanakah evidence based regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit ?
5.      Bagaimanakah evidence based pemotongan tali pusat ?
6.      Bagaimanakah evidence based perawatan tali pusat ?
7.      Bagaimanakah evidence based stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita ?

C.    Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui apa itu evidence based midwifery.
2.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based baby friendly.
3.       Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based memulai pemberian asi sejak dini dan ekslusif
4.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based regulasi suhu bayi baru lahir dengan kontak kulit ke kulit
5.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based pemotongan tali pusat
6.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based perawatan tali pusat
7.      Agar mahasiswa mengetahui bagaimana evidence based stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita  


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Evidence Based Midwifery
Evidence based midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tuguh bidan berorientasi akademis. Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan evidence based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi:
1.      Baby Friendly
2.       Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
3.      Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit
4.      Pemotongan Tali Pusat
5.      Perawatan Tali Pusat
6.      Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
B.     Baby Friendly
Baby  friendly atau baby friendly intiviate (inisasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/UNICEF pada ahun 1991 untuk mempromosikan, melindungi, dan mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui. Untuk membantu dalam pelaksanaan inisiatif, alat dan bahan berbeda yang dikembangkan, diuji lapangan dan disediakan. Alat tambahan tersebut dikembangkan setelah itu, seperti pemantauan dan penilaian ulang alat. Sejak meluncurkan The Hospital Initiative Bayi ramah (BFHI) telah berkembang, dengan lebih dari 152 negara di seluruh dunia menerapkan inisiatif yang memiliki dampak yang terukur dan terbukti, meningkatkan kemungkinan bayi yang ASI eksklusif selama enam bulan pertama.



Pelaksanaan  Baby Friendly dapat dilakukan sebagai berikut:
1.      Memulai memberian ASI secara dini dan eksklusif Yaitu pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam pertama setelah persalinan.
2.      Melakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan tali pusat dilakukan dengan adanya penundaan selama 3 menit.
3.      Melakukan perawatan tali pusat. Perawatan tali pusat dilakukan dengan cara :
a.       Membiarkan tali pusat kering sendiri
b.      Metode kasa kering          
c.       Metode kasa alkohol 70%
d.       Metode antiseptik dan kasa kering (Asrinah, dkk. 2010)
4.      Melakukan bounding attachment
Merupakan suatu ikatan yang terjadi antra orang tua dan bayi baru lahir yang meliputi pemberian kasih sayang, pencurahan perhatian yang saling tarik menarik. Keberhasilan dalam hubungan ikatan batin antara seorang bayi dan ibunya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa dengan memberikan respon sensual antara ibu dan bayi pada kontak awal kelahiran yaitu:
a.         Sentuhan
b.        Kontak mata
c.         Bau badan
d.        Suara                                          
e.         Irama kehidupan (Asrinah, dkk .2010)
5.      Menjaga kehangatan bayi.
Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi adalah:
1)        Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
2)        Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3)        Selimuti atau tutup kepala bayi
4)        Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5)        Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
6)       Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi(Asrinah, dkk .2010).
Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital atau Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi.
Dalam rangka mencapai program Baby Friendly Inisiative, semua provider rumah sakit dan fasilitas bersalin akan:
1.      Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui secara rutin dan dikomunikasikan kepada semua staf tenaga kesehatan.
2.      Melatih semua staf tenaga kesehatan dalam keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan ini.
3.      Memberi tahu semua ibu hamil tentang manfaat dan penatalaksanaan menyusui
4.      Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam waktu setengah jam kelahiran.
5.      Tampilkan pada ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan menyusui jika mereka harus dipisahkan dari bayi mereka.
6.      Berikan ASI pada bayi baru lahir, kecuali jika ada indikasi medis.
7.      Praktek rooming-in agar memungkinkan ibu dan bayi tetap bersama-sama
8.      Mendorong menyusui on demand
9.      Tidak memberikan dot kepada bayi menyusui
10.  Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan menganjurkan ibu menghubungi mereka setelah pulang dari rumah sakit atau klinik.
C.      Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
Inisiasi menyusu dini (Early initiation) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli Utami, 2008).
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009), Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah perilaku pencarian puting payudara ibu sesaat setelah bayi lahir. Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi lahir, maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Hal ini merupakan titik awal yang penting apakah bayi nanti akan cukup mendapatkan ASI atau tidak. Ini didasari oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin, hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
Setengah jam pertama setelah persalinan, segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar. Isapan bayi ini akan memberi rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin bekerja merangsang otot polos untuk memeras asi yang ada pada alveoli, lobus, serta duktus yang berisi asi yang di keluarkan melalui putting susu, keadaan ini akan memaksa hormone prolaktin untuk terus memproduksi ASI.
Manfaat inisiasi menyusu dini:
1.      Mencegah hipotermia karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara.
2.      Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pernapasan dan detak jantung lebih stabil, dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi.
3.      Imunisasi Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami bayi mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya.
4.      Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthacment) karena 1 – 2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
5.      Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.
6.      Sentuhan tangan bayi diputing susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
7.      Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi,. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
8.      Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah. (Roesli Utami, 2008)
9.      Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
10.  Menunjang perkembangan koknitif
11.  Mencegah perdarahan pada ibu
12.  Mengurangi risiko terkena kanker payudara dan ovarium. (Dewi Cendika & Indarwati, 2010.
Tahapan inisiasi menyusu dini adalah :
1.      Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
2.      Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke mulut.
3.      Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi juga mencium bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan bau puting susu ibunya. Jadi bayi mencari baunya.
4.      Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver mencari puting susu. Khusus tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian rahim membantu proses persalinan selesai, hentakan itu membantu ibu mengeluarkan ari-ari.
5.      Pada tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi melakukan kegiatan itu.
6.      Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya. "Proses sampai bisa menyusu bervariasi. Ada yang sampai 1 jam. (Roesli Utami, 2008)
Penghambat pelaksanaan IMD:
1.         Bayi kedinginan-tidak benar
Berdasarkan hasil pnelitian Dr.Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1° C lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1° C. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2° C untuk menghangatkan bayi. Jadi, dada ibu yang melahirkan merupakan tempat terbaik bagi bayi yang baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.
2.         Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit seta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3.         Tenaga kesehatan kurang tersedia
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk manjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
4.         Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5.         Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6.         Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.
7.         Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur
Menunda memandikan pada bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
8.         Bayi kurang siaga
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk Bonding.
9.         Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
10.      Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. (Roesli Utami, 2008).
Dengan memberi pengganti ASI setelah bayi lahir berarti akan menekan pengeluaran ASI, dengan tidak adanya rangsangan pada putting susu  berarti membiarakan kadar hormon oksitosin turun secara perlahan dalam peredaran darah sehingga ASI dalam lobus tidak terperas yang mengakibatkan hormon prolaktin akan turun dan hilang dari peredaran darah. Keadaan ini akan menyebabkan ASI yang keluar sedikit, dan berhenti sebelum bayi umur 6 bulan, hal ini sangat merugikan bayi. Dengan keluarnya ASI prolaktin terangsang untuk segera memproduksi ASI, semakin bayi sering menyusu semakin banyak ASI yang di keluarkan, dan akan makin banyak ASI yang keluar. Semakin tinggi kadar oksitosin pada peredaran darah merangsang prolaktin untuk terus memproduksi ASI.
Dengan memberikan ASI pada bayi dalam waktu kurang dari setengah jam pasca persalinan berarti sudah memberikan 5 keuntungan:
1.      Bayi mendapatkan terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam, dasar panggul, dan panggul luar yang membuat stress. Dengan menemukan putting susu ibu bayi mendapatkan ketenangan kembali, pelican ibu membuat bayi mendapatkan rasa aman atau nyaman seperti di dalam rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologos bayi karena ia mendapatkan modal pertama pembentukan kepercayaan diri terhadap lingkungan.
2.      Tertanamnya kepercayaan akan lingkungan berarti ibu sudah membangun dasar kepercayaan (psikologis) yang akan terus berkembang pada masa dewasa yaitu kepercayaan dan ketenengan dalam menghadapi tiap permasalahan (gelisah/sakit dirasakan akan ada akhirnya ) dan akan diperoleh kenyamanan kembali.
3.      Kadar hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan lebih cepat keluar, bayi tidak gelisah ataupun rewel. Dengan demikian, untuk hari selanjutnya ASI dapat dipertahankan.
4.      Dengan isapan bayi yang benar, oksitosin akan keluar lebih banyak, hal ini menguntungkan karena otot polos rahim akan terus berkontraksi, artinya rahim akan berkontraksi lebih kuat
5.      Oleh karena kontraksi yang baik dari hasil kerja hormon oksitosin, proses involusio akan lebih cepat terjadi, dengan cepatnya proses involusio, lika bekas persalinan cepat menutup. Alat reproduksi antara lain uterus, vagina akan segera kembali normal dan kemungkinan terjadinya infeksi pascapostpartum.
D.    Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit
Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan. Pada saat bayi baru lahir dan masuk kedalam suhu ruangan menyebabkan tubuh bayi cepat mendingin pada saat air ketuban menguap dari tubuhnya. Luas tubuh bayi berbanding lurus dengan lingkungan yang dingin pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya (Rochmah, dkk, 2012).
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapatt di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh hingga 100%. Lemak coklat ini tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin (Asrinah, dkk . 2010).
Setelah bayi dilahirkan dan berhasil melalui adaptasi dari intra ke ekstra uterin, bayi harus dijaga tetap hangat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menjaga bayi tetap hangat adalah:
1.      Jelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat penting untuk menjaga bayi tetap sehat
2.      Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bila perlu bayi memakai tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki
3.      Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
4.      Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah menjangkau bayinya
5.      Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan pakaian yang hangat dan diselimuti
6.      Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
7.      Jaga ruangan tetap hangat (Kemenkes RI, 2010)
Menurut Asrinah, dkk (2010) setiap bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu yang belum matang. Ketika lahir, bayi berada dalam suhu lebih rendah daripada di dalam kandungan dan keadaan basah. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi adalah:
1.      Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
2.      Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3.      Selimuti atau tutup kepala bayi
4.      Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5.      Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
6.      Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
Jika bayi kedinginan dia akan mulai mengalami hipotermi. Hipoglikemia  disebabkan oleh:
1)      Pusat pengaturan suhu tbuh bayi belum berfungsi sempurna
2)      Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
3)      Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4)      Bayi belum mampu mangatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan (Asrinah, dkk .2010).
Gejala hipotermi :
1)      Bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, merintih
2)      Pernapasan megap-megap, lambat, denyut jantung menurun
3)      Timbul sklerema: kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai dan lengan
4)      Muka bayi berwarna merah terang
5)      Hipotermi menyebabkan perubahan metabolism tubuh yang berakibat kegagalan fungsi jantung, perdarahan pada paru-paru, ikterus dan kematian(Asrinah, dkk .2010).
Mekanisme terjadinya hipotermi karena penurunan suhu tubuh yang terjadi melalui:
1.      Radiasi: panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, missal: bayi diletakkan di tempat yang dingin
2.      Evaporasi: cairan atau air ketuban yang membashi kulit bayi menguap, missal: bayi tidak langsung dikeringkan dari air ketuban
3.      Konduksi: pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi kontak langsung dengan permukaan yang lebih dingin, missal: popok yang basah tidak langsung diganti
4.      Konveksi: hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di sekeliling bayi, missal: bayi diletakkan di dekat pintu atau jendela terbuka (Asrinah, dkk .2010).
Kontak Kulit Ke Kulit
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. Kemudian selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai Metoda Kanguru. Sebaiknya bu menggunakan pakaian longgar berkancing depan (Sarwono, 2010).
E.     Pemotongan Tali Pusat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kinmond, S. et al. (1993) menunjukkan bahwa pada bayi prematur, ketika pemotongan tali pusat ditunda paling sedikit 30 menit atau lebih, maka bayi akan:
1.      Menunjukkan penurunan kebutuhan untuk tranfusi darah
2.      Terbukti sedikit mengalami gangguan pernapasan
3.      Hasil tes menunjukkan tingginya level oksigen
4.      Menunjukkan indikasi bahwa bayi tersebut lebih viabel dibandingkan dengan bayi yang dipotong tali pusatnya segera setelah lahir
5.      Mengurangi resiko perdarahan pada kala III persalinan
6.      Menunjukkan jumlah hematokrit dan hemoglobin dalam darah yang lebih baik.
Pada manajemen aktif kala tiga, tali pusat segera dijepit dan dipotong setelah persalinan. Ini dilakukan untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif yang lain. Pada manajemen menunggu, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Menurut Pritchart, Macdonald dan Gant (1991) dengan meletakkan bayi baru lahir lebih rendah atau sejajar vulva selama 3 menit sebelum tali pusat dijepit dan dipotong dapat mengalirkan darah 80 ml ke sirkulasi darah bayi baru lahir. Dengan melakukan penundaan pemotongan tali pusat pada bayi lahir prematur atau berat lahir rendah dan bila sebelumnya terjadi gawat janin dapat mencegah kadar Hb yang rendah pada masa neonatal dini.Berkurangnya aliran darah mengakibatkan kadar hematokrit dan haemoglbin lebih rendah pada bayi baru lahir dan dapat manimbulkan anemia zat besi pada pertumbuhan bayi (Sodikin, 2009).
Dalam jurnal ilmiah yang dilakukan oleh George Marcom Morley (2007) dikatakan bahwa seluruh proses biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, dan pada saat bayi mulai menangis dan kulitnya berwarna merah muda, menandakan prosesnya sudah komplit. Menjepit dan memotong tali pusat pada saat proses sedang berlangsung, dari sirkulasi oksigen janin menjadi sistem sirkulasi bayi sangat menggangu sistem pendukung kehidupan ini dan bisa menyebabkan penyakit serius. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa saat talipusat dilakukan pengekleman, pulse rate dan cardiac out put berkurang 50% karena 50% dari vena yang kembali ke jantung telah dimatikan (clamped off). Banyak sekali akibat yang tidak menguntungkan pada pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir dan dalam penelitian ini dikatakan resiko untuk terjadinya brain injury, cerebral palsy, asfiksia, autis, kejadian bayi kuning bahkan anemia pada bayi sangatlah banyak.
Oleh harena itu penundaan pemotongan tali pusat merupakan suatu tindakan yang sangat penting, karena untuk mengubah sirkulasi oksigen dari plasenta ke sirkulasi paru-paru membutuhkan waktu. Karena di masa transisi ini sangat penting dilakukan penundaan pemotongan tali pusat karena akan menguntungkan bagi bayi dan menguraingi resiko trauma (Sodikin, 2009).
Mencermati dari hasil-hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemotongan tali pusat segera setelah bayi lahir sangat tidak menguntungkan baik bagi bayi maupun bagi ibunya. Namun dalam praktek APN dikatakan bahwa pemotongan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir. Dari situ kita bisa lihat betapa besarnya resiko kerugian, kesakitan maupun kematian yang dapat terjadi.(Sodikin, 2009).
F.      Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan upaya untuk mencegah infeksi tali pusat yang sesungguhnya merupakan tindakan sederhana, yang terpenting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali pusat. Pada bayi normal dipotong sampai denyut nadi tak teraba pada tali pusat, sedangkan pada bayi resiko tinggi dipotong secepat mungkin, agar dapat dilakukan resusitasi.Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong meski tidak semuanya. Tali pusar yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya. Agar tidak menimbulkan infeksi, sisa potongan tadi harus dirawat dengan benar. (Sodikin, 2009)
1.      Cara Perawatan Tali Pusat
Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi tali pusat sangat penting untuk mencegah sipsis oleh karena itu ada beberapa cara mengenai perawatan tali pusat yaitu:
a.       Membiarkan tali pusat kering sendiri Membiarkan tali pusat mengering dengan sendirinya dan hanya membersihkan setiap hari tidak menyebabkan infeksi, hal yang penting adalah tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi (Sodikin, 2009).
b.      Metode kasa kering
Salah satu yang disarankan oleh WHO dalam merawat tali pusat adalah dengan menggunakan pembalut kassa bersih yang sering diganti (Sodikin, 2009).
c.        Metode kasa alkohol 70%
Tali pusat dirawat dan dijaga kebersihanya dengan menggenakan alkohol 70% , paling sedikit dua kali sehari setiap empat jam dan lebih sering lagi jika tampak basah atau lengket (Sodikin, 2009)
d.      Metode antiseptik dan kasa kering
Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan alkohol 70% atau povidon iodine 10% serta dibalut kasa steril,pembalut tersebut diganti setiap hari dan setiap tali basah atau kotor (Saifuddin, 2009)


2.      Prinsip Perawatan Tali Pusat
a)      Jangan membungkus atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat.
b)      Mengusapkan alkohol ataupun betadin masih diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
G.    Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir yang dilakukan setiap hari untuk merangsang semua sistem indera (pendengaran, penglihatan perabaan, pembauan, dan pengecapan). Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi serta merangsang perasaan yang menyenangkan dan pikiran bayi dan balita. Rangsangan yang dilakukan sejak lahir, terus menerus, bervariasi dengan suasana bermain dan kasih sayang akan memicu kecerdasan anak. Waktu yang ideal untuk stimulasi adalah saat bayi bangun tidur/ tidak mengantuk, tenang, siap bermain dan sehat.
Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada bayi dan balita adalah untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan optimal atau sesuai yang diharapkan. Tindakan pemberian stimulasi dilakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama. Stimulasi dilakukan bertahap dan berkelanjutan dan mencakup empat bidang kemampuan berkembang. Stimulasi dimulai dari tahap yang sudah dicapai oleh anak, stimulasi dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan atau hukuman atau arah bila anak tidak dapat melakukannya dan member pujian bila anak berhasil (Suherman.  2010). Berikut adalah tahapan perkembangan dan stimulasi bagi kesehatan anak:
a.       Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi  0-3  bulan
1)      Bergaul dan mandiri. Ajaklah bayi anda berbicara dengan lembut dibuai, dipeluk, dinyanyikan lagu dan lain-lain.
2)      Bicara, Bahasa dan Kecerdasan. Ajaklah bayi anda berbicara, mendengarkan bebagai suara (suara burung, radio, dan lain-lain)
3)      Gerak Kasar. Lihat bayi anda mengangkat kepala pada posisi telungkup dan memperhatikan benda bergerak.
4)      Gerak halus. Latih bayi anda menggenggam benda kecil.
b.      Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi  3-6  bulan
1)      Bergaul dan mandiri. Latih bayi anda mencari sumber suara
2)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih bayi anda menirukan suara atau bunyi atau kata.
3)      Gerak kasar. Latih bayi anda menyangga leher dengan kuat.
4)      Gerak halus. Latih bayi anda meraup benda kecil
c.       Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi  6-9 bulan
1)      Gerak kasar. Latih anak berjalan dengan berpegangan tangan.
2)      Gerak halus. Latih anak memasukkan dan mengeluarkan benda dari wadah
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak menirukan kata-kata
4)      Bergaul dan mandiri. Ajak anak bermain dan mandiri
d.      Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi  usia 9-12  bulan
1)      Gerak kasar. Latih anak berjalan sendiri
2)      Gerak halus. Ajak anak menggelindingkan bola. Gelindingkan bola kearah anak dan minta agar ia menggelindingkannya kembali
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak menirukan kata-kata. Kenalkan dengan kata-kata baru sambil menunjukkan gambarnya
4)      Bergaul dan mandiri. Ajak anak mengikuti kegiatan keluarga, misalnya makan bersama
e.       Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 12-18 bulan
1)      Gerak kasar. Latih anak naik turun tangga
2)       Gerak halus. Bermain dengan anak melompat dan menangkap bola besar kemudian bola kecil
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak menunjuk dan menyebutkan nama-nama bagian tubuh
4)      Bergaul dan bicara. Beri kesempatan pada anak untuk melepas pakaian sendiri
f.       Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 18-24 bulan
1)      Gerak kasar. Latih anak berdiri dengan satu kaki
2)      Gerak halus. Ajari anak menggambar bulatan, garis segitiga dan gambar wajah
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak mengikuti perintah sederhana
4)      Bergaul dan mandiri. Latih anak agar mau ditinggalkan untuk sementara waktu
g.      Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia  2-3  tahun
1)      Gerak kasar. Latih anak melompat dengan satu kaki
2)      Gerak halus. Ajak anak bemain menyusun dan menumpuk balok
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak mengenal bentuk dan warna
4)      Bergaul dan mandiri. Latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkan sendiri
h.      Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 3-4  tahun
1)      Gerak kasar. Latih anak melompat dengan satu kaki
2)      Gerak halus. Latih anak menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar
3)      Bicara, bahasa dan kecrdasan. Latih anak mengenal bentuk dan warna
4)      Bergaul dan mandiri. Latih anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mecium tangan dan lain-lain
i.        Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia  4-5 tahun
1)      Gerak kasar. Beri kesempatan anak melakukan permainan yang memerlukan ketangkasan dan kelincahan
2)      Gerak halus. Bantu anak belajar menggambar
3)      Bicara, bahasa dan kecerdasan. Bantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue atau kertas
4)      Bergaul dan mandiri. Latih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga
j.        Stimulasi yang dibutuhkan pada bayi usia 5-6 tahun
1)      Gerak kasar. Latih anak naik sepeda
2)      Gerak halus. Latih anak kreatif membuat sesuatu dari lilin atau tanah liat
3)       Bicara, bahasa dan kecerdasan. Latih anak mengenal waktu hari, minggu dan bulan
4)      Bergaul dan mandiri. Latih anak untuk bercakap-cakap, bergaul dengan teman sebaya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Evidence based midwifery didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tuguh bidan berorientasi akademis. Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan evidence based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan dalam bidang kesehatan yang diantaranya meliputi:
1.      Baby Friendly
2.       Memulai Pemberian ASI Sejak Dini dan Ekslusif
3.      Regulasi Suhu Bayi Baru Lahir Dengan Kontak Kulit Ke Kulit
4.      Pemotongan Tali Pusat
5.      Perawatan Tali Pusat
6.      Stimulasi Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Dan Balita
B.     Saran
Adapun saran kami sebagai penyusun, yaitu sebagai seorang yang menggeluti profesi kebidanan kita bisa lebih membuka wawasan, rajin mengupdate ilmu-ilme terbaru agar tak ketinggalan mengingat semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi Cendika dkk. 2010. Panduan Pintar Hamil & Melahirkan, Jakarta : Wahyu Media
Kemenkes RI, 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC.
Medika. Roesli Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Pustaka Bunda. Jakarta
Nanny Lia Dewi, Vivian,DKK. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Jakarta; Salemba
Prawirohardjo Sarwono, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Sodikin. 2009.Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC